Benarkah Telah Terjadi Krisis Pembelajaran Akut di Negara kita tercinta ini??
Ternyata BENAR! Kondisi ini diperparah Mr. Coro (Covid-19_red) 2 tahun lebih ini berakibat Hilangnya Pembelajaran (Learning Loss)&meningkatnya kesejangan pembelajaran. Selanjutnya apa yg bisa dilakukan?? Khususnya kita sebagai Guru?yaaaa BELAJAR, BELAJAR&TERUS BELAJAR dan berdamai dengan Perubahan yg semakin cepat. Salah satu upaya kita adalah dengan mempersiapkan diri tergerak baik secara mandiri maupun berkolaborasi dengan rekan sejawt/komunitas belajar mendalami Implementasi Kurikulum Merdeka sebagai opsi tambahan bagi sekolah untuk memulihkan pembelajaran selama 2022-2024. Pertanyaan yg sering muncul terkait kurikulum adalah "Ganti Menteri, Ganti Kurikulum" Kurikulum yg ada ga jelas arah dan jelas hasil implementasinya? Sebenarnya cukup wajar dan bisa dipahami. Namun demikian kita sebagai Guru wajib memiliki pemahaman yg komprehensif terkait dg Kurikulum itu sendiri. Kerangka kurikulum nasional disiapkan oleh pemerintah sebagai acuan bpk/ibu guru menyusun kurikulum satuan pendidikan yg wajib hukumnya setiap periodik di evaluasi dan diperbaiki agar sesuai dg perubahan karakteristik siswa dan perkembangan isu kekinian. Idealnya adalah Ganti Murid Ganti Kurikulum" sehingga kita wajib paham betul secara konsep dan aplikasi kurikulum itu sendiri. Terkait Kurikulum Merdeka apa urgensinya dan apakah lebih baik dari kurikulum2 sebelumnya mari coba kita analisis bersama. Kurikulum Merdeka lebih sederhana&mendalam, lebih merdeka, lebih relevan&interaktif. Kurikulum Merdeka dapat terus diterapkan secara berkelanjutan melalui tiga hal. Pertama, regulasi yang fundamental, misalnya Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan. Regulasi dapat menjadi acuan bagi pengembangan kompetensi guru dan kepala sekolah juga banyak hal lainnya. Kedua, dari sisi asesmen. Kurikulum harus didampingi sistem penilaian atau asesmen yang baik sebagaimana Asesmen Nasional
(AN). AN sangat berbeda dengan Ujian Nasional. AN dirancang
bukan untuk menguji pengetahuan, tetapi untuk menilai kemampuan bernalar para peserta didik. AN juga menjadi penilaian yang menggambarkan gagasan sekolah yang ideal. AN sendiri bukan hanya untuk menilai peserta didik dan sekolah melainkan menilai pula kinerja pemerintah daerah. Melalui hasil
penilaian kinerja daerah tersebut, nantinya pemerintah pusat dapat memberikan kebijakan yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan konteks masing-masing satuan pendidikan dan daerah. Ketiga, dukungan publik. Dukungan publik menjadi hal krusial lainnya dalam keberlanjutan penerapan kurikulum. Dukungan publik yang kuat akan sulit menggoyahkan pergantian kebijakan.
Untuk mensukseskan transformasi kurikulum tersebu di perlukan gotong royong masif semua pihak, khususnya guru sebagai ujung tombak pembelajaran. Mudahan tidak ada lagi mindset gonta ganti kurikulum, karena sejatinya guru adalah kurikulum itu sendiri. Pilihannya sekarang adalah mari luruskan niat dan kuatkan tekad untuk tergerak hatinya secara ikhlas belajar, bergerak untuk menginisiasi perubahan baik diri sendiri, komunitas dan sekolah serta mampu menjadi motor yang menggerakan perubahan ke arah yg lebih baik.
Hanya sebuah Coretan_Kasno Guru Ndesoo







Post a Comment